Laman

Rabu, 23 November 2011

Kesultanan banjar




foto gadis banjar sekitar tahun 1850 koleksi museum lambung mangkurat





Foto Bangsawan banjar sekitar tahun 1850 Koleksi museum lambung mangkurat


Berdiri 1520-1860
Didahului oleh Kerajaan Negara Daha
Digantikan oleh Pagustian
Ibu kota Kuin, Banjarmasin (1520) Pemakuan (1612) Tambangan/Batang Banyu Mangapan (1622) Martapura (1632) Sungai Pangeran, Banjarmasin (1663) Kayu Tangi (1680) Bumi Kencana (1771) atau Bumi Selamat (1806) Sungai Mesa, Banjarmasin(1857) Baras Kuning (1865)
Bahasa Banjar
Agama Islam Sunni mazhab Syafi'i (resmi)
Kaharingan
Konghucu
Nasrani
Pemerintahan monarki

-Sultan pertam Sultan Suriansyah (1526-1550)
-sultan terakhir Sultan Muhammad Seman (1862-1905)

Sejarah
-Didirikan 1520,masuk islam 1526
-Zaman kejayaan 1526-1787
-Protektorat VOC sejak 1787
-Krisis suksesi 1857
-Akhir pemerintahan darurat 1905

Catatan (1526-1548 sebagai bawahan Demak)
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin(berdiri 1520, masuk Islam 24 September
1526, dihapuskan Belanda 11 Juni
1860, pemerintahan darurat/
pelarian berakhir 24 Januari
1905) adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke
dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut
juga Kerajaan Kayu Tangi. Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebutKesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota
di kota Negara, sekarang
merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai
Selatan.
SEJARAH
Menurut mitologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan
Selatan), kerajaan pertama
adalah Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan wilayah
kekuasaannya terbentang luas
mulai dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir. Keberadaan mitologi Maanyan
yang menceritakan tentang
masa-masa keemasan Kerajaan
Nan Sarunai sebuah kerajaan
purba yang dulunya
mempersatukan etnis Maanyan di daerah ini dan telah melakukan
hubungan dengan pulau
Madagaskar. Kerajaan ini
mendapat serangan dari Jawa (Majapahit)sehingga sebagian rakyatnya menyingkir
ke pedalaman (wilayah suku Lawangan). Salah satu peninggalan arkeologis yang
berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di kota Amuntai. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14
terhadap sampel arang Candi
Agung yang menghasilkan angka
tahun dengan kisaran 242-226
SM (Kusmartono dan Widianto,
1998:19-20). Menilik dari angka tahun
dimaksud maka Kerajaan Nan
Sarunai/Kerajaan Tabalong/
Kerajaan Tanjungpuri usianya
lebih tua 600 tahun dibandingkan
dengan Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur. Menurut Hikayat Sang Bima, wangsa yang menurunkan raja-
raja Banjar adalah Sang Dewa bersaudara dengan wangsa yang
menurunkan raja-raja Bima (Sang Bima), raja-raja Bali (Sang Kuala), raja-raja Dompu (Darmawangsa), raja-raja Gowa (Sang Rajuna) yang merupakan lima bersaudara putera-putera dari Maharaja Pandu Dewata.
Sesuai Tutur Candi (Hikayat
Banjar versi II), di Kalimantan
Selatan telah berdiri suatu
pemerintahan dari dinasti
kerajaan (keraton) yang terus
menerus berlanjut hingga daerah ini digabungkan ke dalam Hindia Belanda sejak 11 Juni 1860, yaitu :

1. Keraton awal disebut Kerajaan Kuripan
2. Keraton I disebut Kerajaan Negara Dipa
3. Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha
4. Keraton III disebut Kesultanan Banjar
5. Keraton IV disebut Kerajaan
Martapura/Kayu Tangi
6. Keraton V disebut Pagustian
Maharaja Sukarama, Raja Negara
Daha telah berwasiat agar
penggantinya adalah cucunya
Raden Samudera, anak dari
putrinya Puteri Galuh Intan Sari.
Ayah dari Raden Samudera adalah Raden Manteri Jaya,
putra dari Raden Begawan,
saudara Sukarama. Wasiat
tersebut menyebabkan Raden
Samudera terancam
keselamatannya karena para Pangeran juga berambisi sebagai
pengganti Sukarama yaitu
Pangeran Bagalung, Pangeran
Mangkubumi dan Pangeran
Tumenggung. Sepeninggal
Sukarama, Pangeran Mangkubumi putra Sukarama menjadi Raja
Negara Daha, selanjutnya
digantikan Pangeran
Tumenggung yang juga putra
Sukarama. Raden Samudera
sebagai kandidat raja dalam wasiat Sukarama terancam
keselamatannya, tetapi berkat
pertolongan Arya Taranggana,
mangkubumi kerajaan Daha, ia
berhasil lolos ke hilir sungai
Barito, kemudian ia dijemput oleh Patih Masih (Kepala Kampung
Banjarmasih) dan dijadikan raja
Banjarmasih sebagai upaya
melepaskan diri dari Kerajaan
Negara Daha dengan mendirikan
bandar perdagangan sendiri dan tidak mau lagi membayar upeti.
Pangeran Tumenggung, raja
terakhir Kerajaan Negara Daha akhirnya menyerahkan regalia
kerajaan kepada keponakannya
Pangeran Samudera, Raja dari
Banjarmasih. Setelah mengalami
masa peperangan dimana Banjar
memiliki empat laksa (40.000) prajurit setelah mendapat
tambahan pasukan dari daerah-
daerah pesisir Kalimantan dan
Kesultanan Demak. Pada masa
kejayaannya Kesultanan Demak
memiliki 1000 jung yang masing- masing memuat 400 prajurit
Hasil akhirnya kekuasaan
kerajaan beralih kepada
Pangeran Samudera yang
menjadi Sultan Banjar yang
pertama, sementara Pangeran
Tumenggung mundur ke daerah Alay di pedalaman dengan seribu penduduk. Tomé Pires melaporkan bahwa Tanjompure (Tanjungpura/
Sukadana) dan Loue (Lawai)
masing-masing kerajaan tersebut
dipimpin seorang Patee (Patih).
Patih-patih ini tunduk kepada Patee Unus, penguasa Demak.Kemungkinan besar penguasa Sambas dan Banjarmasin juga telah
ditaklukan pada masa
pemerintahan Sultan Demak Pati
Unus/Pangeran Sabrang Lor
(1518-1521) sebelum penyerbuan
ke Malaka.
MASA KEJAYAAN
Kesultanan Banjar mulai
mengalami masa kejayaan pada
dekade pertama abad ke-17
dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat
daya, tenggara dan timur pulau
Kalimantan membayar upeti pada
kerajaan Banjarmasin.
Sebelumnya Kesultanan Banjar
membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada
masa Kesultanan Pajang penerus
Kesultanan Demak, Kesultanan
Banjar tidak lagi mengirim upeti
ke Jawa. Supremasi Jawa terhadap
Banjarmasin, dilakukan lagi oleh
Tuban pada tahun 1615 untuk menaklukkan Banjarmasin dengan
bantuan Madura (Arosbaya) dan
Surabaya, tetapi gagal karena
mendapat perlawanan yang sengit.
Sultan Agung dari Mataram
(1613–1646), mengembangkan
kekuasaannya atas pulau Jawa
dengan mengalahkan pelabuhan-
pelabuhan pantai utara Jawa
seperti Jepara dan Gresik (1610), Tuban (1619), Madura
(1924) dan Surabaya (1625).
Pada tahun 1622 Mataram kembali merencanakan program
penjajahannya terhadap
kerajaan sebelah selatan, barat
daya dan tenggara pulau
Kalimantan, dan Sultan Agung menegaskan kekuasaannya atas
Kerajaan Sukadana tahun 1622.
Seiring dengan hal itu, karena
merasa telah memiliki kekuatan
yang cukup dari aspek militer
dan ekonomi untuk menghadapi
serbuan dari kerajaan lain,
Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin,
Pembuang, Sampit, Mendawai,
Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu,
Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui,
Asam Asam, Kintap dan
Swarangan sebagai vazal dari kerajaan Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun 1636.
Sejak tahun 1631 Banjarmasin bersiap-siap menghadapi
serangan Kesultanan Mataram, tetapi karena kekurangan logistik, maka rencana serangan dari Kesultanan Mataram sudah
tidak ada lagi. Sesudah tahun 1637 terjadi migrasi dari pulau Jawa secara besar-besaran
sebagai akibat dari korban
agresi politik Sultan Agung.
Kedatangan imigran dari Jawa
mempunyai pengaruh yang
sangat besar sehingga pelabuhan-pelabuhan di pulau
Kalimantan menjadi pusat difusi
kebudayaan Jawa. Disamping menghadapi rencana
serbuan-serbuan dari Mataram,
kesultanan Banjarmasin juga
harus menghadapi kekuatan
Belanda. Pada tahun 1637
Banjarmasin dan Mataram mengadakan perdamaian setelah
hubungan yang tegang selama bertahun-tahun.
Perang Makassar (1660-1669)
menyebabkan banyak pedagang
pindah dari Somba Opu,
pelabuhan kesultanan Gowa ke Banjarmasin. Mata uang yang beredar di Kesultanan Banjar disebutdoit.
Sebelum dibagi menjadi beberapa
daerah (kerajaan kecil), wilayah
asal Kesultanan Banjar meliputi
provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura pada lokasi Tanjung Sambar
(Ketapang) dan sebelah timur
berbatasan dengan Kesultanan Pasir pada lokasi Tanjung Aru. Pada daerah-daerah
pecahannya, rajanya bergelar
Pangeran, hanya di Kesultanan
Banjar yang berhak memakai
gelar Sultan. Kesultanan-
kesultanan lainnya mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar,
termasuk Kesultanan Pasir yang
ditaklukan tahun 1636 dengan bantuan Belanda. Kesultanan Banjarmasin
merupakan kerajaan terkuat di pulau Kalimantan. Sultan Banjar menggunakan perkakas kerajaan yang bergaya Hindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar